Select Menu

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Popular Posts

Videos

» » ABAH, KEMBALIKAN TANGAN ITA
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

assalamu'alaikum

Ini kisah nyata yang maaf tempat dan pelaku tidak bisa penulis cantumkan…

Anak adalah titipan dari sang Ilahi, dan bagiamanapun juga anak adalah amanah buat kita, khususnya anda orang tua…

Salam hormat saya kepada semua orang tua…
Sebuah kisah yang dapat kita jadikan untuk pengalaman dan pelajaran....

Apakah anda ibu rumah tangga? Atau kah anda ayah dari beberapa anak? Ataukah anda calon ayah dan calon ibu?. Terlintas dalam benak saya betapa hati mengilu-ilukan kejadian ini. Betapa hati ingin menangis dan teriris saat membaca kisah ini.

Selayaknya seorang ibu, patutlah menghentikan hukuman yang berlebihan dari sang ayah kepada anak. Begitu juga Ayah, tidak sewajarnya menghukum seorang anak diluar batas kemampuan yang dia miliki. Benar menghukum, tapi kita lihat seberapa besar hukuman yang akan kita (ayah) berikan kepada anak. Berfikirlah sebelum bertindak. Jangan egomu memancing amarahmu hingga kau kehilangan kendali.

Kepada para ibu dan ayah, jagalah buah hatimu dan perhatikanlah, sayangi dia, manjalah dia. Ingatlah ketika kau masih dalam asuhan ibumu. Ketika ibu membelaimu dengan penuh kasih dan sayangnya, ketika ibu menemani kita di saat-saat kita menjelang tidur. Dan ingatlah ketika Ibu selalu membenarkan baju kita ketika kita kurang rapi dalam berpakaian. Dari hal kecil saja Ibu telah memperhatikan kita, dari situ kita bisa tahu, betapa dan sungguh betapa sayang dan cintanya ibu dalam mengasuh kita.

Maaf sebelumnya, penulis adalah pelajar jurusan pendidikan, meski penulis belum terjun di lapangan, dan mengetahui bagaimana kepribadian dari anak-anak. Setidaknya ada beberapa yang ingin penulis utarakan tentang hukuman kepada anak ataupun peserta didik:

        1.      Memukul (kekerasan) bukanlah jalan terbaik dalam memberikan hukuman;
        2.      Hukuman hendaknya adalah hukuman yang bisa mendidik anak;
         Contoh: bersih-bersih rumah, menghafalkan surat-suratan pendek, belajar DLL.
        3.      Hukuman dengan kekerasan akan berdampak negatif pada kepribadian dan psikologis anak.
       4.      Anak yang sering mendapat tekanan (kekerasan), akan menganggap kekerasan adalah kehidupannya, sehingga secara tidak langsung mereka akan berlaku keras dengan lingkungn sekitar. Begitu juga sebaliknya kepada anak yang sisi jiwanya tidak sesuai dengan kekerasan, maka akan timbul keminderan yang pada akhirnya timbul perasaan takut, dan selalu bersikap menyendiri dan sebagainya.

Sekian pendahuluan dari artikel kali ini, marilah kita simak cerita berikut, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Rabb.......

****************************************

Abah, kembalikan tangan Ita.....
----------------------------------------

Sepasang suami isteri, seperti khalayaknya pasangan lain di kota-kota besar yang meninggalkan anak-anaknya dan diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci. Bermainlah dia dengan ayun-ayunan yang dibeli bapanya, ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Dan si anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena macet yang disebabkan ada perayaan.

Setelah penuh coretan yang sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya  gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.

Ayah dan ibu si anak pulang ketika petang, dan mereka terkejut melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan  bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan  siapa ini?". Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan "Tak tahu... !" "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yang membuat itu abahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa? Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah.

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis.  Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu.

Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, tetapi setiap hari si buah hati bertanya kepada pembantu rumah.

"Ita demam"... jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol ," jawab si ibu.

Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu  panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Doktor mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap, doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.

"Tidak ada pilihan" katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena  gangren yang terjadi sudah terlalu parah. "Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya, kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah," kata doktor.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu.

Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

"Abah.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama. "Katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris. 

"Abah.. kembalikan tangan Ita. Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang. Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

****************************************

Semoga cerita kali ini dapat membuka hati para readers, dan semoga Allah selalu membimbing kita dalam setiap langkah dan perbuatan kita, sehingga kita tidak lepas control dalam menghadapi berbagai masalah...

Akhir kata wassalamu’alaikum WrWb

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar